Seniman Kecilku, Keluarlah!
Aku membutuhkanmu untuk membersamaiku kembali. Hari terlampau jauh memisahkan kita berdua. Aku telah menyambutmu; kesendirian, pernak-pernik senja, telah kukondisikan. Datanglah, datang, temui aku di sini, Embung UII yang dipenuhu rumput liar yang mengakar. Kembalilah, lelah ditinggalkan olehmu. Terhempas aku oleh waktu. Waktu menggilas, menusuk, dan menyudutkanku. Takut. Aku belajar melawan waktu, menantangnya secara terbuka. Mengambil jeda dari segala agenda dan berupaya menemui seniman kecil dalam diriku. Air telaga bergerak tertiup angin, daun dan ranting bergesekan, dan serpihan diriku melayang mencari dirimu. Langit biru menjadi latar dari sepasang burung yang tengah terbang. Sayap mengepak menghentakkan angin menuju dasar penderitaan. Dan di sini, di atas batu marmer, aku sendiri di antara kilauan warna; kuning, merah, biru. Ternyata hatiku adalah sesempurna pekatnya jelaga. Aku masih di sini, menanti kelanamu, menunggu ceritamu.



.png)





