Jemuran dan efisiensi ruang waktu
Terdapat hal
mencengangkan ketika mempercayakan baju dicuci oleh penyedia jasa loundry, kehilangan
pakaian atau pakaian yang malah menjadi kotor, khususnya yang memiliki warna
cerah. sewaktu mengambil pakaianku di loundry dan kubuka bungkus plastik
yang membalut pakaianku yang telah dicuci itu, terdapat hal baru, kepemilikan
dari orang lain. Pada bungkus pakaianku terdapat tank top dan celana
dalam perempuan, aku kaget dan tertawa, penasaran, aku coba memakainya waktu
itu.
Pikiranku seketika
membayangkan bilamana ada kawan yang berkunjung ke kosanku, membuka lemari, dan
melihat dua pakaian tersebut, mungkin kawanku akan berpikiran bahwa aku
mempunyai dua dunia, dunia siang dan dunia malam. Atau juga ketika bubub
datang ke kosan dan melihat barang tersebut, sangat berpotensi akan terjadinya
perpecahan, karena begitu, aku menceritakan hal itu di sini, untuk
mengantisipasi dan agar ia tahu latar belakang sejarahnya.
Dan memang kedua barang
tersebut masih kusimpan di ujung lemariku, sebagai barang historis, arsip
gerak-gerik jasa loundry di Yogyakarta.
*
Akhir-akhir ini aku
memutuskan untuk menyuci pakaian sendiri, sengaja membeli alat cuci, sikat,
sabun, setrika dan gantungan baju. Secara ekonomi ini sangat menghemat banyak
pengeluaran, lumayan untuk ditabung. Tetapi aku belum terlalu mahir mencuci
pakaian sendiri apalagi manual, ketika akan menyetrika aku menemukan masih
banyak sabun-sabun yang menempel di pakaian, dan itu memalukan. Dari sana aku
belajar supaya tidak ada sabun yang menempel di pakaian, seharusnya menuangkan
sabun cuci ketika pakaian direndam saja, jangan ketika akan disikat. Sebenarnya
boleh saja menuangkan sabun ke pakaian ketika akan disikat, tapi menyikatnya
harus holistik, dan ketika membilasnya juga harus total. Risiko dari metode
tersebut yakni; pemborosan sabun, air, dan tenaga.
Kegiatan mencuci membuatku
nyaman dan fresh, mungkin karena aku melakukannya dengan fokus, aku
menjadi mindfulness. Aku juga mendapati keindahan dan kenikmatan,
menyaksikan ketika pakaian siap dijemur meneteskan air-air sisa yang akan
berpisah dengan kain karena tersorot panas matahari. Sinar mentari pagi juga
nyaman ketika meraba kulit pagiku, menjemur pakaian, juga menjemur badan untuk
mendapatkan vitamin D sembari menatap merapi yang tak pernah ingkar janji. Menyenangkan!
Setiap mengangkat jemuran
kumeraba setiap sudut pakaian, untuk memastikan apakah masih ada sudut yang
masih basah, atau lembap. Seringnya, ketika kita menjemur di atas tali, yang
pasti kering adalah bagian atas, yang bersentuhan dengan tali, bagian yang
melambai ke bawah akan berpotensi masih basah atau lembap.
Aku berdiam di loteng,
hanya koloran dan merokok setelah meraba-raba pakaian yang akan diangkat. Berpikir
dan merenung akan ruang dan waktu di jemuran.
Hasil belajarku melalui
indra peraba adalah tentang efisiensi ruang dan waktu ketika menjemur. Menjemur
pakaian di atas tali akan menghemat ruang tapi tidak menghemat waktu, karena
menjemur di atas tali itu tidak menyeluruh terkena mataharinya, tapi juga tidak
boros secara ruang.
Ada juga yang menjemur,
seperti di atas atap, atau pun di hamparan datar. Itu secara ruang memang boros
karena satu pakaian dihamparkan, dan potensi keringnya akan cepat karena secara
langsung sinar matahari menghantamnya. Hemat secara waktu tapi tidak secara
ruang.
*
Dari hasil studiku hal
tersebut bisa digunakan dengan konteks pada masing-masing kondisi, bila
memiliki waktu yang banyak dan ruang yang sedikit bisa menggunakan metode
pertama, atau bila memiliki waktu yang sedikit dan ruang yang banyak bisa
menggunakan metode kedua, pada akhirnya semua harus disesuaikan.
Tuhan.. Semoga apa yg menimpamu tidak pernah terjadi padaku, yang setiap waktunya menggunakan jasa laundry, semoga Dalaman wanita itu tak pernah menghampiri sehingga tak ada niatan diri ini untuk mengenakannya 😂😂.. tulisan yang sangat asyik untuk dinikmati.
BalasHapushahaha terimakasih...
Hapus