Kembali Mencatat, Setelah Perenungan Minta Diutarakan


Halo halo halo, sudah lama tidak ada postingan di blog pribadiku. Entahlah, aku tidak tahu kemana saja diriku selama ini, mungkin saja aku terombang-ambing di lautan ganas petualanganku, terbakar matahari, terciprat asin air kehidupan, atau terhempas oleh badai tak bernama.


Pada saat ini, aku seorang redaktur naskah di lembaga pers mahasiswa, yang tugasnya menyunting tulisan dari teman-teman. Cukup lucu, karena aku sudah berapa kali menyunting tulisan temanku yang diposting di website pers, tapi aku sendiri belum mampu untuk menulis hingga diposting di website pers kami. Itu lucu bagi aku.


Hari kemarin, tulisan aku akhirnya terbit, tulisan straight news liputan dari aksi Kamisan. Aku turun liputan bareng Arya, Ibrahim, Tati, dan Ikmal menyusuri jalanan lurus Palagan hingga tembus di tugu Yogyakarta. Tugu Yogyakarta, seperti kebanyakan orang, aku memiliki kenangan pribadi di sana, bersama seorang perempuan, menghirup kopi, mendengar nyanyian, dan menyaksikan lalu lalang kendaraan.


Liputan waktu itu memperkaya kenangan tugu Yogyakarta. Solidaritas romantis memperjuangkan, menyuarakan sesuatu yang sepatutnya diperjuangkan, menolak lupa akan sejarah kelam bangsa.

.

.

.

Ya, di atas hanyalah pengantar. aku ingin membicarakan kegelisahan di sini. 


Setelah tulisan terbit, aku tentunya senang, dan aku pun tenang karena tidak ada lagi revisian. Aku suka pada judul tulisanku “Khianati Reformasi, Aksi Kamisan Menolak Dwifungsi TNI-Polri”. Keren kan?!


Setelah tulisanku terbit, Arya pemimpin redaksi menghubungiku pada pukul 00.28, mengirim pesan“Good Job, Kindi” tentu aku senang karena pujian tersebut.


Tapi, tapi, tapi. Dari respons alamiahku, merasa senang karena pujian, aku justru bertanya-tanya, mengapa aku merasa senang ketika dipuji Arya atas tulisanku? apakah aku memiliki mental seorang bawahan?


entahlah, aku tidak tahu mengapa harus bertanya-tanya demikian, bukannya menikmati kesenangan dan ketenangan atas terbitnya tulisanku.


Atau mungkin saja aku bertanya demikian karena aku punya ingatan informasi ketika banyak pengusaha mengatakan bahwa menjadi seorang direktur itu adalah kerja sunyi, tidak banyak orang yang melihat, dan bahkan tidak ada yang memuji ketika berhasil. justru seorang direktur harus mengapresiasi rekan-rekan kerjanya atas keberhasilan perusahaannya.


Itu saja si yang ingin kutuliskan.


Ohya, enak sekali nulis di sini, bebas tidak ada revisian wkwkwtes 

Komentar

Postingan Populer