#1 Refleksi jebolnya pertahanan mahasiswa

 


Ada yang menarik menyambut Ramadhan di Yogyakarta, menjelang Ramadhan gerak cepat kawan-kawan membagikan grup-grup pemburu takjil, dari sektor Kaliurang, Condong catur, Depok, Sleman dan Bantul. Itu sangat menyenangkan, setidaknya dapat mengurangi pengeluaran di bulan puasa ini, aku mencoba untuk 0 rupiah dalam hal logistik di bulan Ramadhan ini, tidak tahu apakah bisa atau tidak.

Pada tanggal 4 Maret 2023 aku bertolak menuju Bandung. Setelah lawatan tersebut, kondisi keuangan tidak stabil, krisis berminggu-minggu. Makan menjadi tak muluk-muluk, sederhana, fungsional, dan sedikit lebih sehat, karena harga sayur dan tempe murah. Hal tersebut berdampak, dalam urusan makanan, kini lebih tertarik memakan sayur dan tempe saja, dan merasa sayang kalau jajan-jajan makanan ringan, karena harganya sama dengan makan berat.

Dalam sebuah krisis, pola baru terbentuk, kebiasaan baru terbentuk, seperti dunia ketika dilanda pandemi Covid-19, menghasilkan pola dan kebiasaan yang baru. Di sana tergambar, untuk memproduksi sebuah tatanan, pola, dan kebiasaan yang baru, krisis harus bergulir. Karena secara alamiah ketika krisis terjadi, kemampuan bertahan hidup akan tampil, mengurangi sesuatu yang kurang penting, dan penambahan akan sesuatu yang penting.

Krisis memberikan perubahan dan tantangan untuk kesiapan respons perubahan, yang ia tinggalkan adalah pelajaran dan pengalaman yang dapat kita olah menjadi suatu pengetahuan dan kebijaksanaan. A turning point in the course of anything, atau suatu titik balik dalam sesuatu.

Membutuhkan waktu untuk pulih dari sebuah krisis, untuk memperbaiki “sel-sel”, yang sedang rusak. Seperti krisis keuangan pribadi bulan ini, akan memakan waktu sekitar 2 bulan untuk kembali stabil, mempercepat proses pemulihan bisa dengan melakukan kerja-kerja yang menghasilkan, itu dapat mengakselerasi pemulihan krisis.


Komentar

Postingan Populer