MENGULAS KATA; LENGKAP DAN SEMPURNA




 

Kata “sempurna”, dan “lengkap”, kini berada dalam lalu lintas pikiranku, sudah lama kata itu selalu saya pikirkan, tapi belum ada sebuah kesimpulan yang tepat, saya mencoba untuk menuliskannya.

 

Saya berangkat dari sebuah kata “lengkap”, dan “sempurna”.

Lengkap dalam KBBI adalah: tidak ada kurangnya; genap.

 Sementara, sempurna dalam KBBI adalah: utuh dan lengkap segalanya (tidak bercacat dan bercela).

Mengambil kesimpulan dari KBBI, lengkap, dan sempurna memang tidak jauh berbeda, malahan sangat percis, tapi di sini saya akan menyodorkan sebuah kalimat yang bila mana disandingkan dua kata itu, ada sebuah kejanggalan, meskipun kata itu dalam definisi sangat dekat.

 Contoh: “manusia sempurna”, dalam persepsi saya kalimat tersebut bermakna Manusia yang tidak ada celanya, tidak ada kesalahan, sempurna. Tapi begitu melihat diri saya sendiri begitu banyak kesalahan, kekeliruan, jauh bahkan dari kata  sempurna. 

Kata “manusia sempurna”, bagi saya konotasinya begitu dekat dengan Ketuhanan, seperti halnya Nabi.

Tapi terkadang saya menangkap sebuah point bahwa kalimat “manusia sempurna”, adalah diperuntukan untuk orang yang “lengkap”; berdompet tebal, mempunyai paras yang good looking, rumah, kendaraan yang mewah pekerjaan yang pasti, atau singkatnya mapan dan segala kelengkapan lainnya.

Bagi saya itu kurang tepat untuk disebut “manusia sempurna”, lebih pas disematkan untuk orang itu adalah “manusia lengkap”.  Karena untuk lengkap ada faktor-faktor yang harus dipenuhi, juga bakal ada yang bersifat cacat, atau pun yang bercela.

Contoh: Rumah yang lengkap, kenapa kita bisa mengatakan rumah yang lengkap? Karena di rumah itu segalanya tersedia, dari sofa, tv, toilet, ruang tamu, ruang makan, dll. Itu lengkap.

Sementara sempurna tidak ada faktor-faktor yang harus dipenuhi, tidak ada sebuah kekosongan, atau pun hal lain yang harus kita tambahkan, tidak ada cacat atau pun bercela, dan itu begitu dekat dengan sifat ketuhanan, karena itulah sempurna.

Saya coba merefleksikan kepada ranah yang lebih luas, sejatinya memang kita selalu menginginkan segala yang sempurna, sebuah sistem yang sempurna, negara yang sempurna, pemerintahan yang sempurna, dan segala hal yang sempurna, entah itu bisa tercapai atau tidak, ya itu sangat bersifat utopis.

saya juga coba menyentuh hal yang bersifat psikologis, perfeksionisme.

Apa itu perfeksionisme?

Perfeksionisme adalah keyakinan bahwa seseorang harus menjadi sempurna untuk mencapai kondisi terbaik pada aspek fisik ataupun non-materi. Perfeksionis adalah orang yang memiliki pandangan perfeksionisme.

Pada bentuknya sebagai penyakit, perfeksionisme dapat menyebabkan seseorang memiliki perhatian berlebih terhadap detail suatu hal. Hal-hal yang dapat menghambat keberhasilan dalam hal apapun. Orang yang potensial, tetapi perfeksionis akan terhambat kemampuannya. Hasrat menciptakan produk atau sesuatu yang terbaik adalah hal yang perlu, tetapi seorang perfeksionis akan menemukan banyak rintangan yang sama sekali tidak perlu.

Masalah perfeksionis adalah tindakannya yang cenderung suka menunda-nunda dan akhirnya lelah dengan sendirinya. Obsesinya akan kesempurnaan menjadi beban pikiran dan meletihkan perasaannya. Orang perfeksionis akan cepat kehabisan energi karena terus cemas tentang bagaimana menyempurnakan sesuatu yang akan dikerjakannya atau berpikir seandainya dulu saya begini atau begitu.

 

Jadi saya menangkap bahwa perbedaan antara kata “lengkap”, dan “sempurna” ada pada perbedaan konotasinya, lengkap itu horizontal, sedangkan sempurna itu vertikal.

Dan bila ditarik secara radikal menurut saya, kesempurnaan juga merupakan suatu hal yang bersifat utopis, atau pun ada kesempurnaan tapi yang bersifat subjektif.

Yeah dikarenakan begitu, sebagai seorang manusia biasa, kesempurnaan yang absolut ada pada letak ketidaksempurnaan itu sendiri.

 

 

Abraham Kindi, 2021







Komentar

Postingan Populer