POTRET SITUASI #1

 


POTRET SITUASI #1

 

Suatu hari aku berselancar di gawaiku, melihat segala fenomena yang terjadi di dunia, maupun di sekitarku, baik buruk. Thaliban kini sudah mengambil alih kekuasaan di Afghanistan setelah Amerika menarik pasukannya dari sana, yeah silahkan saja, aku kurang peduli perihal itu. Aku scroll lagi, yeah ini baru penting untuk diriku, sang pujaan kini telah memposting kembali potret dirinya di sosial media, walaupun disebarkan untuk umum, aku merasa sendiri bahwa potret dirinya itu diperuntukkan untuk diriku seorang, tetapi dia malu untuk menghubungiku secara pribadi, yeah jadinya ia melalui umum padahal untuk khusus, itu pendek aku berfikir, hahahha. Tapi sunguh, dia begitu cantik, jelita, manis, yeah segala hal kata tentang keindahan kini berkumpul menjadi satu dalam miniatur keindahan kecil dunia, semua berkumpul di dirimu, sayang. Aku terkadang dalam hati selalu bertanya tentang kabarmu bagaimana, ceritamu sejauh ini bagaimana, dan ada masalah apa yang kini kau hadapi, aku sungguh ingin mendengar apapun darimu, tapi aku ya aku, seorang pengecut yang tak berani berucap di hadapanmu, bergetar dan selalu merasa inferior aku di hadapanmu, bagaimana dunia kampusmu kini, oh ya perlu kamu ketahui, bahwa aku begitu khawatir kepadamu ketika kamu sudah diterima di salah satu universitas di luar kota, entah mengapa aku begitu khawatir, pernah aku berkhayal jikalau aku sudah mampu dan cukup dalam segala hal, aku menginginkan kamu tetap berdiam di rumahmu yang damai, tapi itu pendek sangat aku berpikir, kamu mempunyai cita-cita yang harus kamu capai, juga aku bukan siapa-siapa dirimu, hiks(.

 

Hihi itu sedikit curhatanku, sebagai pengantar mungkin, tapi ini gagasan utama yang ingin aku sampaikan, Yo semoga bisa menjelaskan dengan jelas dan koheren, Ndi!

 

Masih nyambung dengan yang di atas apa yang ingin aku bicarakan, setelah scroll-scroll, aku juga melihat teman-temanku yang sedang masa pengospekan kampus, begitu membludak instagramku oleh kegiatan kampus yang begitu ramai dan sangat antusias dilakukan, oya sebelum ke sana aku Abraham Kindi tahun ini tidak melanjutkan dahulu pendidikan formalku. 

Tersebar teman-temanku di berbagai kampus di Jawa khususnya, juga ada yang di pulau Sumatera, yah di masa pandemi aku tidak melihat ada pengospekan secara bertemu langsung, semua melalui udara, virtual, sebuah hal yang tidak aneh bagiku karena aku telah merasakan hal itu ketika belajar daring waktu SMA, aku melihat teman-teman yang mengikuti kegiatan itu semua narasi/captionnya sama, aku yang tidak kuliah tahun ini merasa tidak tahu, aku mencoba bertanya pada salah satu temanku perihal narasi tersebut, dan ternyata narasi itu sudah disediakan oleh kampus, narasi template, kita tinggal copy paste. Oh ya, kataku.

Yang membedakan diantara teman-temanku yang mengikuti kegiatan itu adalah dalam pengutipan kata-kata motivasi dari tokoh, ada yang dari Socrates, dari Cristiano Ronaldo, juga ada dari politikus yang sedang terjerat korupsi, aku melihat kutipan temanku yang mengutip dari seorang tersangka ketawa terbahak-bahak, ya aku membaca itu sebagai sarkas saja, cerdas temanku wkwkw.

Tapi yang membuat diri ini merasa penasaran adalah, ketika diriku melihat story-story temanku, yang merepost postingannya tentang kegiatan ospek itu dengan caption yang menurutku berkesan “mengemis”, dengan meminta like, koment, dan share, ya sungguh sangat tidak apa-apa, itu mereka, tapi yang menjadi pertanyaan bagiku adalah apakah itu juga merupakan sebuah keharusan yang ditetapkan oleh kampus? Untuk berlomba memperbanyak like dan koment?, karena kata temanku pengospekan itu menjadi salah satu nilai akademik.

Banyak juga dari temanku yang menyematkan salah satu kalimat dalam postingannya #AgenOfChange,  entah. Tapi bagiku pribadi itu sebuah tanggung jawab yang sangat membebani. Kampus melabeli mahasiswa seperti itu mungkin sudah fungsinya, tapi saya pribadi kurang menyukai deklarasi.

Tapi lepas dari itu, secara organisir itu sangat baik, sistematis dan masif.


Selasa, 24 Agustus 2021.

Komentar

Postingan Populer