AUTOKRITIK


 

 

 

AUTOKRITIK

 

Beberapa hari lalu aku memulai sebuah petualang menyusuri bukit-bukit yang ada di Tasikmalaya, mengunjungi mata air yang ada di pegunungan, dan kumelihat begitu luas serta besar dunia ini. Data yang kutemukan dari mesin pencari bahwa dunia berukuran 510,1 juta km dan jumlah populasi saat ini 7,753 miliar, wow.

Aku berpikir dalam luas serta besarnya populasi bumi ini, apakah aku berdaya?

Dan berita gembira aku dapatkan dari buku Filosofi Teras, kita berdaya, kita bisa mengontrol, menguasai, dan mengatur diri kita. Itu yang bisa kita pegang dan punya kendali, ourselves.

.

.

Ilmu pengetahuan adalah lentera, ia menerangi sisi gelap dan menyingkap segala bentuk ketidaktahuan. Berkat ilmu ini aku bisa perlahan mengenali diriku sendiri, kini aku bisa meraba dan scanning perasaan yang abstrak ini.

Baru saja aku keluar menemui teman lamaku, bersalaman, menanyakan kabar dan mereguk minuman, tapi di sana aku merasa diri tak berdaya, aku merasa inferior, aku tak banyak bicara, aku hanya mendengarkan obrolan mereka. Membicarakan perihal skandal salah-satu perempuan, gosip-gosip yang bertebaran, dan membahas klarifikasi pelaku skandal. Sungguh, aku tidak mempunyai wawasan perihal itu dan juga aku tidak tertarik akan hal itu, tapi apa yang sangat kubenci pada saat itu? Adalah munculnya sebuah rasa arogan dalam diri, merasa aku lebih pintar dari mereka, merasa aku lebih luas akan wawasan, dan menganggap diri lebih baik.

Ya kita tahu, sifat seperti itu buruk dalam norma kita, aku mengukur melalui parameter moral dan norma kita, bahwa perasaan arogan itu buruk. Namun, untuk kebenaran, aku belum menemukan kebenaran sejati yang absolute.

Mari kita tarik lebih dalam, apa yang menjadi sebab perasaan itu muncul dalam diriku? Apakah itu karena ilmu pengetahuan? Apakah itu karena aku membaca buku hingga aku merasa memiliki wawasan yang lebih dari mereka? Lalu untuk apa ilmu pengetahuan dan wawasan yang luas tapi pada akhirnya kita merendahkan orang lain? Ataukah aku baru saja membuka samudera ilmu pengetahuan dan palung wawasan yang dalam? Ataukah aku sedang berada pada sebuah fase di mana pernah kutemukan sebuah tulisan yang mengatakan bahwa ketika kita mempunyai sedikit ilmu pengetahuan kita merasa besar, merasa mengetahui segala hal dan merasa si paling, dan ketika kita mengetahui lebih banyak justru kita merasa semakin kecil di hadapan ilmu, apakah aku sedang berada pada fase itu?



Ya, benar, aku sedang berada pada fase semacam itu.

Lalu apa yang harus kulakukan?

Belajar lebih banyak, perluas kembali bacaan dan dapatkan sebuah pelajaran dari siapapun itu, itulah jalan satu-satunya untuk melewati kesombongan.

Evaluasi, evaluasi, dan evaluasi.

 

Adil sejak dalam pikiran!

 

Kamis, 21 April 2022, menjelang sahur.


Komentar

Postingan Populer