Resah, Pemakluman, dan Musik.

 



Yang harus aku pandang adalah bahwa ini sebuah permulaan untuk menapaki jalan yang masih begitu panjang tak terukur, ya kini aku sedang merasakan useless,  diri ini belum bermanfaat bahkan untuk diri sendiri apalagi untuk sekitar. Yeas i know it is a standard problem.


Pernah ada masa ketika aku berpikir tentang sebuah pemakluman, aku menganggap bahwa pemakluman ini adalah sebuah pengkerdilan untuk diri, aku kurang menyukai kata tersebut, yang mana sebenarnya aku bisa melakukan segalanya meskipun aku belum pada saatnya, merasa bahwa aku bisa menjadi atau melakukan hal tersebut. Pada saat aku berada di Kampung Inggris, Pare, ada seorang kawan yang bercerita kepadaku di sela-sela kita sedang makan siang, bahwa ia mewajarkan belum bisa memahami salah-satu pelajaran, dan ia membandingkan dengan kawan yang pintar dan hebat dalam hal itu, aku hanya mengiyakan saja. Lalu aku mencoba mereflekasikan sebuah cerita itu pada diriku, aku berbicara, atau lebih tepatnya mencoba memahami diri, dan ternyata aku tidak berpikir demikian, aku berpikir bahwa pemakluman bukanlah suatu pembenaran bahwa kita belum bisa, aku berpikir ini memang kekurangan, hinga sudah seharusnya membenahi diri dan belajar lebih giat kembali.

.

.

.

Dan aku sangat menikmati sebuah musik, selama aku memegang handphone dipastikan dalam satu hari aku pasti memutar musik yang mana bisa sangat lama, ada waktu aku mendengarkan itu secara seksama maksudnya aku menyisihkan ruang dan waktuku untuk menikmati dan mencermati sebuah lagu, adapun ketika aku berkegiatan, musik kujadikan sebuah latar dalam kegiatanku, dan itu merubah situasi dan emosionalku.

Pada saat tidak sengaja shuffle Spotifyku tertuju pada Kunto Aji dengan lagu yang berjudul Rehat. Luar biasa, aku terbuai alunan musiknya yang menenangkan serta lirik-liriknya yang bisa memperlambat dari bergegasnya hari. Memang musik-musik sekarang mengarah pada self-love, mencintai diri, berdamai dengan masa lalu, dan segala kutipan populer lainnya.

Ada suatu waktu ketika aku merasakan hari yang buruk yang mana keburukan itu menyeret untuk menyalahkan diri, bahwa aku tidak bisa menahkodai hari menuju hari baik, aku mendengarkan Rehat itu sembari menggunakan earphone di belakang rumah sore hari sembari secangkir teh siap diseruput, yang mana kata Ardhito Pramono “Ngeteh dulu biar ngejazz”, wkk. Musik diputar dan mulai mengalun tenang, tetiba aku terhenti pada sepenggal lirik “Ini semua bukan salahmu”. Bukan salahmu? Lalu?

No no no, it was my mistakes.

I dont know it is good or bad, definitely lately i was worst

Komentar

Postingan Populer